Rafa Jafar, Langkah Kecil Siswa SMP Tumbuhkan Kesadaran Limbah Elektronik

Nograhany Widhi K

2/29/20163 min read

DETIK.COM, Depok - "Ada yang tahu nggak sampah elektronik itu apa? Kalian tahu mengapa sampah elektronik berbahaya?" tanya Rafa Jafar (13) kepada anak-anak SD Sekolah Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF), Cimanggis, Depok.

RJ, panggilan Rafa Jafar, tampak luwes berbagi kepada anak-anak SD Sekolah Karakter tentang sampah elektronik dan bahayanya. Tak cuma itu, RJ juga memperkenalkan konsep drop box alias tempat sampah khusus sampah elektronik buatannya, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.

Anak-anak SD kelas 4-6 itu pun mendengarkan dengan antusias. Mereka berlomba mengacungkan tangan kala diberi kesempatan bertanya.

"Drop box-nya bisa dimasukin komputer nggak?" tanya Attar pada RJ dalam sesi berbagi pada Sabtu (27/2/2016).

RJ lantas menjelaskan komputer memang salah satu sampah elektronik bila sudah tidak terpakai dan sebaiknya tak dibuang sembarangan.

"Karena mereka mengandung racun, mengkontaminasi lingkungan kita. Kalau ditimbun, tanamannya mengandung racun. Sampah e-waste nggak boleh dibakar, dikubur, dibuang ke sungai dan dirusakin. Di-service oke, ada lagi? Dibuang dan disimpan? Kalian kalau punya alat elektronik nggak boleh dibuang sembarangan," ajak RJ.

"Kalian punya sampah elektronik jangan dibuang di tempat sampah biasa. Charger, taruh di sini (drop box e-waste), paling berbahaya adalah baterai, ada yang nyimpen baterai? Itu mengandung merkuri, bahaya banget racunnnya di baterai. Dampaknya bahaya, sebaiknya dibuang ke e-waste box," paparnya.

RJ, siswa kelas 7 atau kelas 1 SMP Lab School Kebayoran Baru Jakarta Selatan itu memang sedang getol berkampanye tentang bahayanya sampah elektronik. Ide besar RJ ini timbul kala dia mendapatkan tugas sekolah berupa proyek dengan tema dampak penggunaan gadget yang berlebihan, semasa duduk di kelas 5 SD Cikal.

"Itu pekerjaan kelompok, tapi laporannya sendiri. Nah, tiap anggota punya topik sendiri-sendiri. Nah saya sendiri kan pengguna gadget, saya penasaran dikemanakan sih gadget-gadget ini kalau udah nggak terpakai lagi," celoteh RJ saat ditemui detikcom, Sabtu lalu.

Akhirnya, RJ memilih membahas sampah elektronik, dampak hingga penanganannya. Dari tugas sekolah itu, RJ harus menyusunnya menjadi laporan setebal 40 halaman yang sepenuhnya harus ditulis dalam bahasa Inggris, hingga diwujudkan dalam pameran di sekolahnya.

Sekolah RJ saat itu memfasilitasi ide RJ dengan menyediakan tempat untuk drop box sampah elektronik seperti baterai, HP, charger dll lalu menyalurkannya ke Nokia divisi manajemen sampah elektronik.

"Kakek aku, M Jafar Hafsah, mengatakan ini seharusnya bisa dibuat buku. Tapi kan ini laporannya masih kasar dan berbahasa Inggris, jadi harus diterjemahkan dulu ke bahasa Indonesia, 40 halaman itu dan ditambahi lagi sendiri," tutur RJ.

Dibantu sang ibunda, Farahdhiba Tenrilemba, RJ akhirnya berhasil membuat laporan sekolahnya itu menjadi buku sains anak berjudul "E-waste: Sampah Elektronik" yang diterbitkan Penerbit Buah Hati pada April 2015 lalu.

"Itu menerbitkan bukunya pas usia saya 12 tahun, tahun lalu. Nah gerakan e-waste ini mulai awal tahun ini, dekat dengan ulang tahunku yang ke-13," imbuh RJ.

Tak hanya ke teman-teman sebaya, kepada detikcom, RJ antusias berbicara tentang bahayanya sampah elektronik.

"Padahal racun sampah elektronik itu berbahaya loh, baterai itu merupakan limbah B3 paling berbahaya. Ini tidak dapat perhatian yang cukup. Saya pernah baca riset bahwa 1 orang kini memuiliki rata-rata 8 gadget, dan 1 rumah bisa ada 80 gadget, termasuk kabel, stop kontak," tuturnya.

Orang Indonesia, dinilai RJ sangat konsumtif dalam menggunakan gadget.

"Nggak tahu kenapa. Kalau di China wajar di sana banyak gadget karena di sana banyak pabriknya. Nah, Indonesia itu memang orangnya konsumtif, ada HP keluaran baru langsung beli, dibiarkan buang sampah elektroniknya," jelas dia.

RJ memberikan sedikit tips supaya sampah elektronik ini tidak menumpuk. Salah satunya menggunakan gadget satu namun awet. Bila rusak, diusahakan diperbaiki.

"Untuk kurangi sampah elektronik mending pakai gadget satu-satu aja, tidak banyak. Pakai selama mungkin sampai benar-benar tidak bisa dipakai. Kalau rusak sedikit dibetulkan dulu," imbau RJ.

Nah, untuk proyek sampah elektroniknya, RJ memiliki "e-waste drop zone" di berbagai tempat. Kotak sampah elektroniknya ini diletakkan di sekolahnya, SD Cikal, SMP Lab School Kebayoran Baru, Kowani di Jalan Imam Bonjol Menteng, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).

"Drop box di Jakarta dulu. Jangan buang sampah elektronik sembarangan. Kan seperti chip HP itu ada emasnya lho, bisa dapat profit dari situ. Kadang orang main hancur-hancurin aja untuk diambil chipnya dengan tangan kosong, padahal racun B3-nya itu bisa bahaya," terang RJ.

Bersama sang ibunda, RJ dibimbing untuk mencari pabrik daur ulang limbah elektronik. Didapatlah PT TESS-AMM Indonesia, pabrik daur ulang limbah elektronik yang berkantor pusat di Singapura.

Sampah elektronik yang sudah menumpuk di "e-waste drop zone" yang digagas RJ ini akan diambil bila sudah penuh. RJ dan ibundanya akan menghubungi pihak PT TESS-AMM agar sampahnya itu diambil dengan truk khusus.

"Ini gerakan sosial, tujuannya raising awareness atau penyadaran masyarakat, itu dulu saja. Karena selama ini masyarakat kurang aware terhadap sampah elektronik," timpal Farah.

Nah, bila ingin mengedrop sampah elektronik Anda, #ewasteRJdropzone bisa dilihat di situsnya, www.ewasterj.com dan twitter @ewasteRJ. Semoga langkah kecil RJ ini bisa berdampak besar bagi lingkungan ya!